Sabtu, 15 November 2014

Mangrove ria, Mangrove for better life

Sabtu, 15 November 2014 pukul 6.00 saya beserta 2 orang teman yaitu Shola dan Putri dengan penuh semangat berjalan menuju kampus untuk mengikuti kegiatan Engineering Go Green Action. Yaitu acara penanaman mangrove yang diadakan oleh Departemen Sosial BEM FT. Kami sangat antusias sekali karena ingin ikut berkontribusi menjaga lingkungan pinggir laut untuk mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat dan mengabadikan momen berharga ini, yap foto-foto :D *skip* Setelah berjalan kaki hampir 10 menit, tibalah kita di tempat berkumpulnya acara untuk berangkat bersama-sama ke tempat lokasi. Di tempat berkumpul tersebut kami melakukan registrasi, berkenalan dengan peserta lainnya, dan pembagian kelompok. Saya sendiri dapat kelompok 5 bersama Rani (TL 2014), Iin dan Nasrul (D3 Tekim 2014), Shinta dan beberapa orang yang saya lupa namanya. Sedangkan Putri dapat kelompok 4 dan Shola kelompok 8. Lokasi yang kami tuju kali ini adalah Desa Timbulseloko, Kec Sayung, Demak. Telah kita ketahui bahwa desa tersebut sering mengalami banjir rob dan abrasi sehingga membuat rumah di desa terendam. Untuk menuju lokasi, kami semua menaiki truk TNI yang jumlahnya tiga. Dan disitu saya mengingat momen ketika Learning Camp Beasiswa Perintis 2 Salman ITB di Pusdikif Cimahi dimana menaiki kendaraan yang sama dari Salman ITB menuju Pusdikif. Tahu kan bagaimana truk TNI ? Ya, betul sekali. Sedikit terbuka sehingga kami semua merasakan angin semilir yang mengenai badan kami. Rasanya campur aduk antara ngantuk dan merasa masuk angin. Haha *abaikan* Tapi semuanya baik-baik saja tanpa ada insiden apapun. 

Finally, setelah kurang lebih setengah jam perjalanan, tibalah kami di suatu desa dekat lokasi penanaman. Kita berkumpul terlebih dahulu untuk briefing dan setelah itu melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki sekitar 1 km. Pemandangan kanan kiri yang kami lihat hanya rawa dengan air payau yang membentan luas dan pohon yang tidak berdaun. Di ujung dekat pantai ditemui pohon mangrove yang besar dan juga rimbun serta terdapat desa yang jaraknya berjauhan. Setiap rumah penduduk sekitar memiliki pekarangan yang tergenang air rob dan tak jarang puluhan bahkan ratusan ikan kecil sedang berenang didalamnya. Banyak tambak milik penduduk di sepanjang jalan dengan ukuran lebar ±150 m yang kami lalui. Kondisi lingkungan disana dipenuhi dengan sampah plastik yang menggenang di hilir menuju laut sehingga menimbulkan bau yang sedikit tidak sedap. Saya melihat bagaimana penduduk disana membuat sistem pengolahan air bersih yang berasal dari air. Akhirnya sampailah kita di mushola ketiga di desa tersebut. Disana kami disambut hangat oleh Kepala Tani desa tersebut. Kami diberitahu bagaimana cara menanam mangrove dengan benar agar mangrove dapat tumbuh besar dan tidak mati. Jadi, caranya adalah dengan mengikatkan tali angka 8 pada patok dan pohon mangrove-nya serta penanamannya jangan terlalu dalam yang menyebabkan pucuknya tenggelam. Selain itu, mangrove ditanam pada daerah yang tidak dangkal, tetapi daerah yang terdapat lumpur. Dapat ilmu tentang cara menanam mangroe yang benar merupakan pelajaran yang jarang didapatkan dibangku perkuliahan. Setelah diberi pengarahan, lalu kami terjun langsung ke tempat penanaman yang terletak didepan rumah bapak kepala tani desa tersebut. Akhirnya, kita semua ber-mangrove ria dibawah panasnya terik matahari dan air yang dipenuhi lumpur. Tidak memikirkan yang namanya kotor ataupun jijik, karena berani kotor itu baik hehe. Saya mampu menanam banyak bibit pohon mangrove, mungkin sekitar 20 bibit mangrove. Namun setelah menanam 5 bibit, Shola mengalami insiden kaki luka karena menginjak cangkang kerang sehingga berdarah dan tidak melanjutkan penanaman kembali karena lukanya harus diobati. Akan tetapi, saya tetap melanjutkan mangrove ria dan berfoto-foto untuk mengabadikannya. Niatnya sih untuk ikut lomba foto kreatif di acara tersebut, tapi apa daya signal internet tidak mendukung sehingga foto tersebut hanya jadi kenangan :D Setelah asyik menanam mangrove, tidak terasa kaki saya menginjak cangkang kerang juga yang menghasilkan beberapa goresan yang cukup membuat perih dan sulit untuk berjalan. Rasa sakit itu hilang karena serunya acara tersebut. Lalu kami membersihkan badan dan ganti pakaian yang dilanjutkan makan siang dan sholat dzuhur. Disana kami disuguhi kerupuk mangrove buatan desa tetangga yang rasanya tidak kalah dengan kerupuk kedelai yang banyak dijual. Masyarakat disana sangat kreatif, tidak hanya kerupuk saja yang merupakan produk mangrove tetapi ada juga kopi dan sirup mangrove. Sayangnya kami tidak mencicipi sirup mangrove buatan desa tetangga. Jam 14.00 kami telah menyelesaikan acara, kemudian berbaris untuk berfoto lalu bersiap-siap menuju mobil  dan pulang. Banyak pelajaran yang kami dapatkan dari kegiatan tersebut bahwa agar kita lebih dekat dengan alam, merenungi bahwa telah terjadinya kerusakan alam ciptaan Allah SWT akibat tangan manusia, melestarikan alam dengan melakukan langkah kecil yaitu penanaman mangrove untuk mencegah tergerusnya daratan oleh lautan, dan untuk senantiasa tidak merusak alam dengan kegiatan apapun sehingga kita semua dapat nyaman tinggal di bumi. Save OUR Earth !
Gambar 1. Penunjuk arah

 
Gambar 2. Sampah yang tergenang di saluran air

Gambar 3. Air rob di pekarangan rumah penduduk

Gambar 4. Tambak milik warga

Gambar 5. Pohon kering

Gambar 6. Baby mangrove

Gambar 7. Hasil menanam mangrove

Gambar 8. Kerupuk mangrove

Gambar 9. Mangrovers (Kiri-Putri dan Kanan-Shola)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar