Selasa, 11 November 2014

Fouling

Fouling dapat didefinisikan sebagai akumulasi endapan yang tidak diiinginkan pada permukaan perpindahan panas dan menjadi tahanan tambahan pada peristiwa perpindahan panas yang menghalangi laju perpindahan panas serta meningkatkan konsumsi energi. Bahan fouling dapat terdiri dari baik organisme hidup (biofouling) atau zat non-hidup (organik atau anorganik). Fouling terbagi menjadi dua, yaitu fouling makro dan fouling mikro.
Fouling makro adalah pengendapan organisme makro dan partikulat anorganik yang berukuran besar pada tabung penukar panas. Zat-zat tersebut dapat mengotori permukaan penukar panas, menyebabkan kerusakan koefisien perpindahan panas yang relevan, dapat membuat penyumbatan aliran, dan menyebabkan kerusakan. Cara menanganinya yaitu dengan shutdown pabrik untuk menghilangkan fouling makro dan untuk perbaikan dengan biaya yang mahal.
Sedangkan fouling mikro adalah pengendapan zat terlarut dan tidak larut air pendingin langsung pada permukaan transmisi panas dari penukar panas. Dengan deposisi ini perpindahan panas sangat berkurang. Pembentukan fouling mikro sangat dipengaruhi oleh bahan tabung (misalnya: peningkatan biofouling dengan titanium dan stainless steel, kecenderungan korosi dengan bahan tembaga), dan suhu air. Fouling mikro dapat terjadi melalui beberapa cara yaitu :

1. Particulate Fouling/Sedimentation yaitu akumulasi padatan tersuspensi dalam air laut yang sebagian besar terdapat pada bagian bawah tabung evaporator. Misal pasir dan lumpur.
2.  Precipitation Fouling/Scaling disebabkan terutama oleh adanya garam anorganik larut dalam air pendingin. Proses ini melibatkan kristalisasi garam padat, oksida, dan hidroksida dari larutan. Sebelum kristalisasi dapat terjadi, maka perlu memiliki kondisi jenuh, yaitu, terlarut konsentrasi padat di atas kelarutan jenuh pada suhu tertentu. Jenuh ini memberikan "kekuatan pendorong" untuk presipitasi terjadi. Secara umum, tingkat kejenuhan yang terlibat sangat kecil. Lokasi akan sangat tergantung pada distribusi temperatur dalam penukar panas antara fluida dan permukaan suhu massal.  Misalnya kalsium karbonat, kalsium sulfat, kalsium oksalat, barium sulfat. Cara penanganan scaling pada alat industri yaitu dengan menggunakan bahan kimia seperti HCl (asam klorida) atau H2SO4 (asam sulfat).
3.    Corrosion Fouling yaitu pertumbuhan deposito korosi ketika bahan tube bereaksi dengan air laut. Misalnya, magnetit pada permukaan baja karbon.
4. Biofouling pengembangan lapisan organik yang terbentuk oleh mikroorganisme dan produk metabolisme mereka. Misalnya bakteri. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar