Sekarang ini dunia sedang
mengarah pada revolusi nanoteknologi di mana dalam periode 2010 sampai 2020
akan tejadi percepatan luar biasa dalam penerapan nanoteknologi di dunia
industri.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa negara-negara maju di
dunia, seperti Amerika Serikat, Jepang, Australia, Kanada dan negara-negara
Eropa, serta beberapa negara Asia, seperti Singapura, Cina, dan Korea tengah
giat-giatnya mengembangkan suatu cabang baru teknologi yang populer disebut
Nanoteknologi.
Milyaran dollar dana mulai dikucurkan di negara-negara
ini, di berbagai bidang penelitian. Semuanya berlomba-lomba menggunakan
teknologi Nanoteknologi. Sebenarnya apa itu nanoteknologi? Dan mengapakah
begitu banyak peneliti di berbagai negara berlomba-lomba memasuki bidang yang
satu ini? Seberapa luaskah ruang lingkupnya? Mengapakah baru beberapa tahun ini
terjadi boom nanoteknologi?
Istilah ini berasal dari kata Nanos (bahasa Yunani) yang berarti satu per satu miliar. Nanoteknologi adalah teknologi pada skala
nanometer, atau sepersemilyar meter. Dengan menciptakan zat hingga berukuran satu per miliar meter (nanometer), sifat dan fungsi zat
tersebut bisa diubah sesuai dengan yang diinginkan. Nanoteknologi,
teknologi berbasis pengelolaan materi berukuran nano atau satu per miliar
meter, merupakan lompatan teknologi untuk mengubah dunia materi menjadi jauh
lebih berharga dari sebelumnya.
Sedangkan nanomaterial merupakan landasan utama dalam rantai pengembangan
produk nanoteknologi. Belum lagi teknologi mikro-elektronik berbasis silikon (1
mikrometer = 0,001 milimeter) yang mendominasi seluruh aspek kehidupan manusia
bisa dikuasai, dunia sudah memasuki era baru yang disebut nanoteknologi. Ini
adalah rekayasa material dalam orde nanokristal (1 nanometer = 0,000001
milimeter).
Material apa pun selama dapat dibuat dalam bentuk
nanokristal akan menghasilkan sifat yang mencengangkan dan bahkan tidak pernah
ada di alam ini. Tidak hanya bidang rekayasa material seperti komposit,
polimer, keramik, supermagnet, dan lain-lain. Bidang-bidang seperti biologi
(terutama genetika dan biologi molekul lainnya), kimia bahan dan rekayasa akan
turut maju pesat.
Aplikasi Nanoteknologi dalam berbagai bidang :
1. Bidang Pangan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) telah memulai
penelitian nanoteknologi bidang pangan pada tahun 2007. Hingga tahun 2009 penelitian
masih dalam skala mikro. Pada akhir 2010 setelah melalui beberapa pengujian,
hingga awal 2013 telah dihasilkan beberapa produk pangan. Misalnya
nanoteknologi untuk pewarna alami dan beberapa produk nanoteknologi pangan
fungsional serta produk kemasan pangan yang memanfaatkan bahan alami dari ampas
buah dan sayuran.
Nanoteknologi untuk kemasan atau wadah pangan antara lain berupa cup
yang diharapkan dapat dimanfaatkan untuk kemasan mi instan sebagai pengganti
sterofoam. Bahan baku yang digunakan adalah ampas jagung dan ampas tapioka.
Selain itu juga telah dihasilkan pembungkus pangan dengan bahan baku ampas
buah-buhan yang dapat mengemas buah-buahan segar atau makanan olahan lain
seperti dodol, sehingga lebih awet atau lebih lama masa kadaluwarsanya. Jadi,
isi dan kemasannya bisa langsung dimakan (edible film).
2. Bidang Medis
Para ilmuwan dari Princeton University telah mengembangkan suatu
deteksi immunoassay lanjut yang dapat meningkatkan batas
deteksi hingga tiga juta kali lipat dibandingkan immunoassay konvensional
dengan bantuan nanoteknologi.
Teknik immunoassay terbaru ini menggunakan suatu nanopartikel yang disebut D2PA. Nanopartikel
ini terdiri atas lapisan tipis nanostruktur emas (Au) berdiameter 10-15
nanometer yang dilingkupi oleh pilar gelas membentuk partikel berdiameter 60
nanometer. Nanopartikel ini memiliki kemampuan untuk mengumpulkan cahaya yang
ditransmisikan oleh antibodi yang mengandung biomarker dan
fluoresens yang berpendar pada analisis immunoassay .
D2PA terbukti dapat meningkatkan sinyal transmisi perpendaran hingga satu
miliar kali. Efek ini disebut sebagai hamburan Raman permukaan.
Secara teknis, para peneliti tersebut dapat mendeteksi keberadaan biomarker pada
konsentrasi 300 attomolar (1 attomolar = 10-9 nanomolar) dibandingkan
batas deteksi biomarker pada analisis immunoassay konvensional yang hanya 0.9 nanomolar. Dapat dikatakan bahwa
batas deteksi immunoassay dengan bantuan
nanopartikel meningkat hingga tiga juta kali lipat. Riset ini tentu suatu
terobosan yang sangat penting dalam dunia medis dan kedokteran, dimana
penyakit-penyakit seperti kanker dapat terdeteksi lebih awal sehingga
penanganannya jauh lebih mudah.
Immunoassay merupakan metode deteksi biomarker (penanda
bio) yang berhubungan dengan penyakit tertentu yang mengikuti prinsip sistem
imun dalam mengenali senyawa asing. Keberadaan biomarker ditentukan
dari sampel biologis seperti darah dan urin. Immunoassay dapat mendeteksi keberadaan biomarker tertentu
lewat serangkaian reaksi yang melibatkan protein antibodi dan senyawa kimia
yang dapat menghasilkan fluoresensi atau perpendaran cahaya.
3. Bidang Kosmetik
Kosmetik dengan teknologi nanoemulsi akan bersifat non-sticky dan non-oily,
sifat penetrasi yang baik, dapat menjaga kelembaban kulit lebih baik, dan dapat
mendistribusikan zat aktif dengan baik pada kulit. Kosmetik dengan campuran
lipid nanopartikel juga memiliki beberapa keuntungan, diantaranya meningkatkan
stabilitas bahan aktif, memperpanjang bau (wangi) jika itu digunakan untuk
pembuatan parfum, dan perlindungan kulit yang lebih baik terhadap sinar UV.
Produk kosmetik yang menggunakan nanoteknologi akan lebih cepat diserap
oleh kulit sehingga dari segi penggunaannya lebih efisien. Teknologi nano
banyak dipilih dalam dunia farmasi karena sifat kelarutan, stabilitas, dan
kamampuan penyerapannya yang lebih baik dibandingkan bahan lain. Rekayasa
nanomaterial pada kosmetik dapat memberikan retinoid topikal dan antioksidan yang
dapat memacu faktor pertumbuhan untuk peremajaan kulit di masa depan.
4. Bidang Energi
Tim Profesor Keon Jae Lee dari Departemen Materials
Science and Engineering, KAIST, Korea Selatan telah mengembangkan bentuk baru
dari teknologi nanogenerator berbasis nanokomposit yang berhasil membangun
sistem self-powered yang lebih sederhana, murah, dan berskala besar. Tim ini
memproduksi nanokomposit piezoelektrik dengan cara mencampur nanopartikel
piezoelektrik dengan nanomaterial berbasis karbon (karbon nanotube dan reduksi
oksida graphene) dalam matriks polydimethylsiloxane (PDMS) dan fabrikasi
generator nanokomposit dengan proses sederhana yakni dengan metode spin-casting
atau bar-coating. Piezoelektrik efek
berbasis teknologi nanogenerator bekerja dengan cara mengkonversi sumber energi
yang bebas polusi, seperti energy getaran dan mekanik dari angin dan ombak.
Dan masih banyak aplikasi nanoteknologi dalam berbagai
bidang seperti industri minyak dan gas, pertambangan, lingkungan, dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar